# Tags
#Budaya

Bahasa Korea: Permadani yang Kaya akan Sejarah, Struktur, dan Sosiolinguistik

Bahasa Korea, yang dituturkan oleh sekitar 80 juta orang terutama di Semenanjung Korea, memiliki sejarah yang menarik dan struktur yang kompleks yang mencerminkan evolusi budaya dan sosialnya. Artikel ini mengeksplorasi perkembangan bahasa Korea, sistem penulisan yang unik, variasi regional, dan dinamika sosiolinguistik, memberikan gambaran menyeluruh berdasarkan kuliah dari Dr.

Perkembangan Sejarah

Bahasa Korea memiliki akar yang dalam, yang berasal dari kerajaan kuno Buyeo dan Tiga Negara Han. Kerajaan Goguryeo, Baekje, Silla, dan kemudian Kerajaan Silla yang bersatu, secara signifikan mempengaruhi evolusi bahasa ini. Dinasti Goryeo juga berkontribusi pada perkembangannya, dengan bahasa Korea abad pertengahan yang semakin kuat selama periode ini.

Sistem Penulisan

Aksara Korea telah mengalami beberapa kali transformasi. Awalnya, orang Korea kuno menggunakan aksara Cina (Hanja), yang diperkenalkan pada abad-abad awal dan digunakan secara luas hingga akhir abad ke-19. Integrasi ini menyebabkan kata-kata Sino-Korea membentuk sekitar 63-64% dari kosakata bahasa Korea modern. Terlepas dari perbedaan fonologis dan sintaksis antara bahasa Tionghoa dan Korea, orang Korea mengadaptasi karakter Tionghoa dengan menggunakan metode seperti Idu, yang menggunakan karakter Tionghoa untuk maknanya namun tetap mengikuti sintaksis Korea. Kugyeol dan Hyangchal adalah sistem lain yang menyederhanakan atau mengadaptasi karakter Tiongkok agar sesuai dengan struktur tata bahasa Korea.

Namun, penciptaan Hangul oleh Raja Sejong pada abad ke-15 menandai titik balik yang signifikan. Hangul dirancang agar mudah dipelajari dan digunakan, sehingga orang awam pun dapat membaca dan menulis. Alfabet fonetik ini terdiri dari 28 karakter dan dimaksudkan untuk mencerminkan bahasa Korea yang diucapkan secara akurat. Meskipun pada awalnya mendapat penolakan dari kalangan elit yang lebih menyukai aksara Cina, Hangul akhirnya diterima secara luas dan menjadi simbol identitas Korea, terutama pada masa penjajahan Jepang.

Variasi Regional

Bahasa Korea memiliki beberapa variasi regional, dengan dialek Seoul yang sering dianggap sebagai standar atau “standar emas”. Persepsi ini terkait dengan status sosial-ekonomi dan pendidikan, yang mengarah pada bias terhadap penutur dialek regional. Namun, representasi media baru-baru ini telah memberikan visibilitas positif terhadap varietas regional, terutama dialek Jeju, yang sekarang diakui sebagai bahasa yang berbeda daripada hanya sebuah dialek dari daratan Korea.

Penutur Asing dan Masalah Sosiolinguistik

Meningkatnya keragaman di Korea Selatan, dengan banyaknya warga negara asing dan istri migran, telah memperkenalkan dinamika sosiolinguistik baru. Para istri migran, terutama dari Asia Timur dan Asia Tenggara, menghadapi tantangan unik dalam penguasaan bahasa dan integrasi sosial. Program pemerintah mendukung pendidikan bahasa mereka dan memfasilitasi peran penerjemah komunitas, membantu mereka mengatasi hambatan komunikasi baik di dalam keluarga maupun di masyarakat yang lebih luas.

Terlepas dari upaya-upaya ini, para istri migran sering kali menghadapi ketidaksetaraan bahasa, terutama di tempat kerja dan interaksi sosial. Penekanan pada dialek standar Seoul dapat memperburuk perasaan terasing dan rendah diri, karena para istri migran berjuang untuk mendamaikan aksen asli dan dialek daerah mereka dengan persepsi superioritas bahasa standar. Situasi ini menyoroti kebutuhan yang terus berlanjut akan kebijakan bahasa yang inklusif dan praktik pendidikan yang menghargai keanekaragaman bahasa.

 

Kesimpulan

Bahasa Korea adalah permadani yang kaya yang ditenun dari akar sejarahnya, sistem penulisan yang unik, dan pengaruh regional dan sosial yang beragam. Pengembangan Hangul oleh Raja Sejong merupakan tonggak sejarah dalam membuat literasi dapat diakses oleh semua orang Korea, sementara tantangan kontemporer menyoroti pentingnya merangkul keanekaragaman bahasa. Memahami aspek-aspek bahasa Korea ini memberikan apresiasi yang lebih dalam atas perannya dalam membentuk identitas dan budaya Korea.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *