Review Film The Handmaiden
Sumber; Wikipedia
Film The Handmaiden adalah sebuah karya seni yang memukau dari sutradara Korea Selatan terkenal, Park Chan-wook. Film ini didasarkan pada novel “Fingersmith” karya Sarah Waters, tetapi mengalihkan settingnya ke Korea pada awal abad ke-20 selama masa penjajahan Jepang. Dengan penampilan visual yang luar biasa, narasi yang kompleks, dan akting yang memukau, The Handmaiden memikat penontonnya ke dalam dunia yang penuh intrik dan kebohongan.
The Handmaiden bercerita tentang seorang wanita Korea muda bernama Sookee (diperankan oleh Kim Tae-ri) yang direkrut oleh penipu ulung bernama Count Fujiwara (diperankan oleh Ha Jung-woo) untuk menjadi pembantu bagi seorang pewaris kaya bernama Lady Hideko (diperankan oleh Kim Min-hee). Dalam rencananya, Fujiwara berusaha mendekati Lady Hideko, menikahinya, dan kemudian mengurungnya di rumah sakit jiwa untuk menguasai kekayaannya.
Namun, seiring berjalannya waktu, Sookee dan Lady Hideko terlibat dalam hubungan yang rumit dan tak terduga. Keduanya saling jatuh cinta, merusak rencana Fujiwara dan membawa cerita ini ke arah yang tidak terduga. Dengan plot twist yang tak terduga dan kisah cinta yang penuh dengan intrik, The Handmaiden menggoda penontonnya untuk menemukan kebenaran di balik tipu daya dan pengkhianatan.
Satu hal yang langsung mencuri perhatian dalam The Handmaiden adalah pengarahan visual yang luar biasa oleh Park Chan-wook. Setiap adegan di film ini seperti lukisan hidup yang menangkap keindahan dan ketegangan dalam setiap detailnya. Dari lanskap yang indah dari kebun yang diatur dengan cermat hingga adegan-adegan intim di dalam rumah bergaya Victorian yang anggun, setiap frame film ini dipenuhi dengan keindahan yang memukau.
Penggunaan warna dalam film ini juga patut diacungi jempol. Park Chan-wook menggunakan palet warna yang kaya dan beragam untuk membangun suasana yang sesuai dengan emosi yang sedang berlangsung dalam cerita. Dari warna-warna cerah yang mencerminkan kebebasan hingga nuansa gelap yang menunjukkan kegelapan hati, setiap warna di layar memberikan kontribusi besar terhadap atmosfer film.
Tidak hanya dari segi visual, akting dalam The Handmaiden juga luar biasa. Kim Tae-ri dan Kim Min-hee membawakan peran mereka sebagai Sookee dan Lady Hideko dengan kedalaman emosi yang luar biasa. Kim Tae-ri berhasil menangkap kepolosan dan kekuatan karakter Sookee dengan sangat baik, sementara Kim Min-hee membawakan Lady Hideko dengan kerapuhan yang menyentuh hati.
Chemistry antara kedua aktris ini juga patut diacungi jempol. Mereka berhasil menangkap dinamika yang kompleks antara karakter mereka, mulai dari ketegangan awal hingga keintiman yang tumbuh dengan alami. Dalam adegan-adegan romantis, mereka berhasil menyampaikan rasa cinta dan keinginan mereka dengan begitu kuat sehingga penonton tak bisa tidak terbawa oleh emosi mereka.
Salah satu kekuatan utama The Handmaiden adalah plotnya yang penuh dengan intrik dan kejutan. Film ini dibagi menjadi tiga bagian yang masing-masing memberikan sudut pandang yang berbeda terhadap cerita yang sama. Setiap bagian membawa penonton lebih dalam ke dalam jaringan tipu muslihat dan pengkhianatan yang merajalela di antara karakter-karakter utamanya.
Plot twist dalam film ini sangatlah memuaskan. Park Chan-wook berhasil mengarahkan penonton ke arah yang salah dengan cerdik, sehingga ketika kebenaran akhirnya terungkap, rasanya sangat memuaskan. Intrik cerita ini tidak hanya menyajikan ketegangan dan kejutan, tetapi juga memberikan refleksi yang dalam tentang kekuatan dan kerapuhan manusia, serta kompleksitas cinta dan hasrat.
Secara keseluruhan, The Handmaiden adalah sebuah karya seni yang memukau. Dengan pengarahan visual yang brilian, akting yang mengesankan, dan plot yang penuh dengan intrik, film ini berhasil menciptakan pengalaman sinematik yang tak terlupakan. Meskipun mungkin tidak cocok untuk semua penonton karena beberapa adegan yang eksplisit dan kompleksitas ceritanya, bagi mereka yang menghargai karya seni yang indah dan cerita yang mendalam, The Handmaiden adalah sebuah must-watch.