# Tags
#K-Pop

Inovasi atau Eksploitasi? Di Balik Sistem Pelatihan K-Pop yang Menghasilkan Bintang Dunia

Sumber foto: Kpopisforevevryone

 

K-pop, atau Korean Pop, telah menjadi fenomena global yang mendominasi dunia hiburan selama lebih dari satu dekade. Dengan grup-grup seperti BTS, Blackpink, EXO, dan Twice, K-pop tidak hanya menciptakan gelombang musik yang merayap ke seluruh dunia, tetapi juga membangun budaya yang mempengaruhi gaya hidup, mode, dan bahkan politik di berbagai negara. Di balik ketenaran dan kesuksesan luar biasa industri ini, terdapat sebuah sistem yang ketat dan penuh tekanan: sistem pelatihan K-pop.

Sistem Pelatihan K-Pop: Sebuah Mesim Pembuat Bintang

Sistem pelatihan K-pop adalah salah satu elemen paling unik dan kontroversial dalam industri musik Korea Selatan. Calon idola, yang dikenal dengan sebutan trainee, sering kali memulai perjalanan mereka sejak usia sangat muda, bahkan ada yang berusia 10 hingga 12 tahun. Mereka menjalani pelatihan yang intensif selama bertahun-tahun sebelum akhirnya bisa debut di atas panggung. Pelatihan ini melibatkan hampir semua aspek: menyanyi, menari, berakting, hingga pelatihan untuk tampil di media sosial.

Beberapa agensi besar seperti SM Entertainment, YG Entertainment, dan BigHit Entertainment (sekarang HYBE Corporation) memiliki program pelatihan yang sangat ketat. Trainee harus mengikuti kelas rutin yang melibatkan jam latihan panjang, yang terkadang mencapai 14 hingga 16 jam sehari, bahkan di luar jam sekolah mereka.

Pelatihan ini bukan hanya tentang mengembangkan kemampuan teknis, tetapi juga mencakup aspek mental dan emosional. Idola K-pop tidak hanya dipaksa untuk tampil dengan sempurna, tetapi juga untuk menjalani kehidupan yang diawasi secara ketat, yang sering kali mencakup pembatasan pertemuan dengan teman atau keluarga. Kontrak mereka sering kali berlangsung lebih dari 7 hingga 10 tahun, dengan tuntutan tinggi dan sedikit jaminan tentang masa depan mereka.

Inovasi atau Eksploitasi?

Banyak yang melihat sistem pelatihan ini sebagai inovasi besar dalam mengelola industri hiburan yang sangat kompetitif. Di Korea Selatan, industri hiburan memiliki standar yang sangat tinggi, dan hanya idola yang benar-benar siap yang dapat bertahan. Pelatihan yang ketat dan terstruktur dengan baik memungkinkan agensi untuk menghasilkan bintang-bintang yang tidak hanya berbakat, tetapi juga memiliki pengaruh global.Namun, ada sisi gelap dari sistem ini. Beberapa kritikus menyebutnya sebagai bentuk eksploitasi terhadap para muda-mudi yang masuk ke dalam sistem tersebut. Banyak yang percaya bahwa agensi-agensi besar menempatkan keuntungan perusahaan di atas kesejahteraan para trainee mereka. Dalam beberapa kasus, para idola sering kali terjebak.

 

Oleh: Alma Sh Shofi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *