# Tags
#Politik #Politik Korea

DMZ dan 4 Terowongannya

Sumber foto: BBC

 

Zona Demiliterisasi Korea (DMZ) adalah wilayah yang memisahkan Korea Utara dan Selatan. Teluk ini membentang sekitar 240kilometer melintasi semenanjung Korea dan lebarnya sekitar empat kilometer. DMZ berfungsi sebagai zona penyangga antara kedua negara, yang secara teknis masih berperang, karena Perang Korea (1950-1953) berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Setelah berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945, Semenanjung Korea terbagi menjadi dua zona pendudukan di sepanjang Paralel ke-38.

Utara berada di bawah pengaruh Uni Soviet Selatan berada di bawah pengaruh Amerika Serikat Meskipun perpecahan awalnya bersifat sementara, ketegangan ideologis antara kubu komunis dan kapitalis menyebabkan terbentuknya dua negara terpisah pada tahun 1948:  Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara) dan Republik Korea (Korea Selatan). 

DMZ membentang dari muara Sungai Han di barat hingga selatan kota Goseong di timur. Di tengah-tengah DMZ terdapat Garis Demarkasi Militer (MDL), yang menandai jalur garis depan pada saat perjanjian gencatan senjata ditandatangani. Meskipun DMZ disebut “zona demiliterisasi,” sebenarnya ini adalah salah satu perbatasan yang dijaga paling ketat di dunia. Puluhan ribu tentara dari kedua belah pihak ditempatkan di sepanjang perbatasan.

Perjanjian gencatan senjata secara ketat mengatur jumlah personel militer dan jenis senjata di dalam DMZ. Patroli militer diizinkan di dalam DMZ, tetapi melintasi MDL tanpa izin dianggap sebagai kejahatan serius. Sejak didirikan, beberapa insiden kekerasan telah terjadi di sekitar DMZ, yang mengakibatkan kematian dan cedera di kedua belah pihak.

Panmunjom dan Desa-desa di DMZ Salah satu tempat paling terkenal di DMZ adalah Panmunjom, yang juga dikenal sebagai Desa Gencatan Senjata. Gencatan senjata ditandatangani di sini pada tahun 1953, dan pertemuan diplomatik antara Korea Utara dan Korea Selatan masih berlangsung di sini hingga saat ini. Sebagian besar DMZ tidak berpenghuni, tetapi perjanjian tersebut mengizinkan dua desa untuk tetap ada: Daeseong-dong (Desa Kebebasan) di sisi Korea Selatan dan Kijong-dong (Desa Perdamaian) di sisi Korea Utara.

Sementara DMZ melambangkan pemisahan dan ketegangan antara Korea Utara dan Selatan, ia juga melambangkan harapan untuk penyatuan dan perdamaian. Panmunjom telah menjadi tuan rumah beberapa pertemuan puncak antara para pemimpin dan pejabat pemerintah kedua negara, yang menyoroti potensi DMZ sebagai jembatan dialog. Pada tahun 2018, kedua Korea sepakat untuk mengurangi ketegangan militer di sepanjang DMZ, termasuk menghapus beberapa pos penjagaan dan membersihkan ranjau darat di area tertentu. Masa depan DMZ akan sangat bergantung pada dinamika hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan serta upaya masyarakat internasional untuk mendorong perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea. DMZ tidak hanya menjadi simbol perpecahan politik dan ideologis, tetapi juga mencerminkan harapan akan perdamaian dan penyatuan.

Empat Terowongan Bawah Tanah di DMZ. Strategi Rahasia Korea Utara. Selama Perang Dingin, Korea Utara membangun empat terowongan di bawah Zona Demiliterisasi (DMZ) di Semenanjung Korea. Serangkaian terowongan rahasia digali dan merencanakan invasi mendadak ke Korea. Empat terowongan telah ditemukan sejauh ini, yang semuanya menunjukkan adanya perencanaan militer yang cermat dari pihak Korea Utara. Keempat terowongan tersebut dijelaskan sebagai berikut

Terowongan Pertama Lokasi di Dekat Cheorwon-si, Gangwon-do. Lebar sekitar 1,2 meter, tinggi 2 meter. Terowongan pertama ditemukan pada bulan November 1974 setelah intelijen Korea Selatan mencurigai adanya aktivitas bawah tanah. Terowongan itu dirancang untuk memungkinkan kekuatan besar masuk. Penelitian memperkirakan terowongan itu dapat mengangkut hingga 30.000 tentara per jam, termasuk peralatan tempur mereka. Terowongan pertama ini juga memiliki ventilasi dan jalur pelarian, yang menunjukkan desainnya yang canggih. Penemuan ini mengejutkan militer Korea Selatan, yang sebelumnya tidak menyadari adanya ancaman bawah tanah dari Korea Utara.

Terowongan ke dua Lokasi Dekat Cheorwon, di tengah DMZ Dimensi lebar 2meter dan tinggi 2meter Terowongan No. Penemuan itu terjadi setelah militer Korea Selatan melakukan pengeboran presisi tinggi di lokasi yang diduga. Terowongan ini dua kali lebih besar dari yang pertama dan dapat menampung pergerakan pasukan yang lebih besar. Yang unik tentang terowongan kedua adalah lebih canggih, termasuk penggunaan bahan peledak untuk mempercepat penggalian. Selain itu, dinding terowongan dilapisi dengan granit yang diperkuat untuk memberikan kekuatan struktural tambahan.

Terowongan ke tiga ditemukan pada bulan Oktober 1978 berdasarkan informasi dari seorang pembelot. Terowongan ini terletak sekitar 44kilometer dari Seoul dan menimbulkan ancaman serius bagi ibu kota Korea Selatan. Terowongan ketiga berisi rel kereta api untuk transportasi cepat mesin berat dan pasukan. Lokasi strategis terowongan yang begitu dekat dengan Seoul menjadikannya titik penting keamanan nasional Korea Selatan.

Terowongan ke empat Lokasi Dekat Yanggu, Provinsi GangwonDimensi lebar 1,7 m, tinggi 1,7 m Terowongan ditemukan pada bulan Maret 1990 di bagian timur DMZ. Tidak seperti tiga terowongan sebelumnya, terowongan ini dirancang lebih kecil, tetapi tetap memiliki tujuan yang sama, yaitu memungkinkan pasukan memasuki wilayah Korea Selatan dengan cepat. Terowongan ini ditemukan melalui penggunaan teknik deteksi yang lebih maju, seperti sensor seismik. Terowongan keempat, dengan jalur pasokan dan rute akses yang dirancang untuk mendukung invasi jangka panjang, merupakan bukti lebih lanjut mengenai cakupan operasi rahasia Korea Utara.

Pentingnya Penemuan TerowonganKeempat terowongan ini mencerminkan strategi militer agresif Korea Utara selama Perang Dingin. Tidak ada terowongan baru yang ditemukan sejak tahun 1990, tetapi keberadaannya merupakan pengingat berlanjutnya ketegangan di Semenanjung Korea. Saat ini, beberapa terowongan ini terbuka untuk wisatawan sebagai bagian dari program pendidikan tentang sejarah DMZ dan konflik Utara-Selatan. Penemuan terowongan tersebut juga mendorong peningkatan sistem keamanan Korea Selatan, termasuk peningkatan pengawasan dan penggunaan teknologi modern untuk mendeteksi ancaman bawah tanah di masa depan.

 

Oleh: Nuril Fariyah

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *