Arirang, Warisan Budaya TakBenda Korea Selatan Yang di Akui UNESCO dan Simbol Pemersatu Rakyat Korea

Simbol Budaya dan Identitas Nasional Korea Selatan
Arirang, Arirang, Arariyo….
Arirang gogaero neomeoganda
Nareul beorigo gasineun nimeun
Simnido motgaseo balbyeongnanda
Lirik di atas merupakan penggalan dari lagu Arirang, yang merupakan lagu rakyat Korea dan dianggap sebagai simbol budaya sekaligus identitas nasional Korea Selatan. Lagu ini memiliki makna yang mendalam dan keberadaanya yang melekat dalam kehidupan masyarakat Korea. Nama Arirang berasal dari bahasa Korea yang tidak memiliki bentuk tepat. Kata ari berarti indah, cantik seperti kata arittaun yang dalam bahasa Korea klasik memiliki arti cantik atau indah. Sedangkan rang berarti kekasih, dapat disimpulkan bahwa Arirang berarti ”kekasihku tersayang”. Pada dasarnya lagu sederhana ini terdiri dari refrain ’’Arirang, Arirang, Arariyo” dengan dua baris sederhana, yang berbeda dari satu daerah ke daerah lainnya. Seiring berjalannya waktu, lagu ini berkembang dengan tema yang beragam dan bersifat universal. Struktur musik dan sastra yang sederhana memungkinkan adanya improvisasi, imitasi, serta nyanyian bersama, sehingga lagu ini dapat dengan mudah diadaptasi ke berbagai genre musik. Diperkirakan terdapat sekitar 3.600 versi dari 60 versi utama lagu ini. Tiga diantaranya yang paling dikenal sebagai Arirang utama adalah Jeongseon, Miryang, dan Jindo Arirang. Namun, berbagai versi Arirang dengan variasi ritme, ketukan, dan lirik tidak hanya ditemukan di Korea, tetapi juga di berbagai belahan dunia tempat komunitas Korea menetap. Karena nilai sejarah dan budayanya yang tinggi. Arirang pun dimasukkan dalam daftar Warisan TakBenda oleh UNESCO pada tahun 2012 untuk Korea Selatan. Arirang juga berfungsi sebagai lagu pemersatu bagi rakyat Korea, yang menyatukan mereka dalam berbagai situasi, baik di masa lampau maupun modern saat kini.
Arirang Sebagai Lagu Pemersatu Rakyat Korea
Meskipun Arirang merupakan bagian dari identitas Korea Selatan, lagu ini juga memiliki makna mendalam bagi seluruh masyarakat Korea, termasuk masyarakat Korea Utara. Selama masa penjajahan Jepang (1910 – 1945), Arirang menjadi lagu yang sering dinyanyikan sebagai bentuk perlawanan dan simbol harapan rakyat Korea untuk meraih kemerdekaan. Meskipun saat itu pemerintah Jepang melarang untuk menyanyikan lagu Arirang, lagu ini tetap dinyanyikan secara sembunyi-sembunyi dan menjadi semacam lagu kebangsaan tidak resmi bagi rakyat Korea saat itu. Selain itu pada saat Perang Korea (1950-1953), Arirang kembali menjadi lagu yang menyatukan rakyat Korea Selatan dan Utara. Hingga kini meskipun rakyat Korea terpecah menjadi dua negara, lagu ini tetap dinyanyikan oleh kedua pihak sebagai simbol warisan budaya yang berasal dari leluhur yang sama. Semangat persatuan ini juga terlihat dengan, kedua negara sepakat membentuk satu tim olahraga yang beranggotakan atlet dari masing-masing negara. Tim ini dikenal dengan nama resmi Tim Olahraga Korea Bersatu, yang tampil pertama kali dalam Kejuaraan Tenis Meja pada Mei 1991. Selain itu, tim ini juga berpartisipasi dalam Asian Games dan Asian Para Games 2018 di Indonesia. Seperti halnya sebuah negara yang memiliki lagu kebangsaan, Tim Korea Bersatu menjadikan Arirang sebagai lagu kebangsaan yang mewakilkan tim yang berasal dari kedua negara tersebut. Kemenangan untuk tim menggunakan tanda lagu Arirang, jika tim ini berhasil meraih medali emas, lagu Arirang akan dikumandangkan, dan bendera tim yang menampilkan peta wilayah Korea Selatan dan Korea Utara akan berkibar di posisi tertinggi. Hal ini menggambarkan bahwa lagu Arirang merupakan lagu pemersatu bagi Rakyat Korea, dan bagaimana Arirang menjadi simbol budaya yang mempersatukan rakyat Korea.
Pengakuan dari UNESCO dan Peran Arirang Sebagai Diplomasi Budaya
Pada tahun 2012, Arirang dimasukkan dalam daftar Warisan Budaya TakBenda oleh UNESCO untuk Korea Selatan, dan menjadi himne yang memberikan kekuatan untuk meningkatkan komunikasi dan persatuan di antara orang-orang Korea, baik di dalam maupun di luar negeri. Pengakuan ini tentunya tidak hanya memberikan legitimasi terhadap budaya Korea Selatan, tetapi juga menghubungkan masyarakat Korea dengan warisan budaya leluhur mereka. Selain sebagai simbol budaya, UNESCO juga menyoroti bagaimana Arirang menjadi instrumen penting sebagai alat diplomasi budaya. Sebagai lagu yang dikenal luas, Arirang sering digunakan oleh pemerintah Korea Selatan dalam acara internasional untuk memperkenalkan budaya Korea. Salah satu moment penting adalah saat lagu ini dinyanyikan dalam pembukaan Olimpiade Musim Dingin PyeongChang yang ke 23 pada 2018, yang mengiringi penampilan atlet dari Korea Selatan dan Korea Utara berparade di bawah satu bendera unifikasi Korea. Sebagai lagu rakyat yang merupakan warisan leluhur selama berabad-abad, Arirang bukan hanya sekedar lagu, tetapi juga cerminan sejara, identitas, serta harapan rakyat Korea Selatan. Baik dalam perjuangan kemerdekaan, maupun dalam memperkenalkan budaya Korea di kancah Internasional. Arirang juga sebagai simbol pemersatu rakyat Korea baik di Selatan maupun Utara. Dengan begitu Arirang dapat menjadi jembatan persahabatan antara kedua negara, sebagai semangat persatuan untuk terciptannya perdamaian.