# Tags
#Budaya

Tteok, Kue Beras Tradisional Khas Sebagai Penjamuan di Berbagai Perayaan Budaya Korea Selatan dan Sejarahnya

Tteok adalah penganan atau kue asal Korea yang dibuat dari serealia, terutama beras atau ketan. Bahan dan cara pembuatan berbeda-beda menurut wilayahnya di Korea. Tteok juga dibuat sebagai kue yang rasanya manis dalam berbagai variasi rasa untuk hari-hari perayaan musim, termasuk perayaan tahun baru Korea. Berdasarkan cara pembuatannya, tteok terdiri dari tteok yang dikukus, ditumbuk, direbus, atau ditumis. Tteok tradisional dibuat dengan cara dikukus dan disebut sirutteok (시루떡). Alat pengukus yang disebut siru (시루) dibuat dari tembikar. Di Korea, tteok tidak hanya sekadar makanan; tteok juga memiliki makna mendalam dalam budaya dan tradisi. Makanan ini kerap dihidangkan dalam berbagai perayaan penting, seperti perayaan tahun baru atau acara-acara keluarga. Tteok hadir dalam berbagai bentuk dan rasa, membuatnya semakin menarik untuk dijelajahi.

Sejarah dan Makna Tteok dalam Budaya Korea

Tteok memiliki sejarah panjang dalam kebudayaan Korea. Kue beras ini sudah ada sejak zaman kuno dan telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Korea selama berabad-abad. Tteok sering dihidangkan dalam upacara-upacara penting, seperti pernikahan, ulang tahun, dan acara-acara perayaan lainnya. Dalam budaya Korea, tteok melambangkan keberuntungan, kebahagiaan, dan harapan baik. Setiap jenis tteok memiliki arti tersendiri dan dipercaya dapat membawa kebaikan bagi yang memakannya. Proses pembuatan tteok sangatlah unik dan membutuhkan keterampilan khusus. Biasanya, pembuatan tteok dimulai dengan menumbuk beras hingga halus. Setelah itu, tepung beras tersebut dikukus dan dibentuk sesuai dengan jenis tteok yang ingin dibuat. Salah satu jenis tteok yang paling terkenal, yaitu “garaetteok,” memerlukan proses penumbukan yang kuat untuk menghasilkan tekstur yang kenyal. Proses tradisional ini memberikan tteok cita rasa yang khas dan tekstur yang unik, yang sulit ditiru dengan metode modern.

Tteok Sebagai Bagian dari Hidangan Internasional

Popularitas tteok kini tidak hanya terbatas di Korea. Di banyak negara, tteok telah dikenal sebagai camilan khas Korea yang lezat dan unik. Di Jepang, ada “mochi” yang mirip dengan tteok dan memiliki tekstur yang hampir sama. Di Indonesia sendiri, banyak orang mulai mengenal tteok berkat pengaruh budaya Korea yang semakin marak. Restoran-restoran Korea di berbagai negara juga menyajikan tteok sebagai latoto hidangan penutup atau camilan, menjadikannya semakin dikenal di dunia internasional. Kehadiran tteok di luar Korea memperlihatkan bahwa makanan tradisional ini mampu beradaptasi dan diterima oleh berbagai budaya. Tteok juga telah menjadi bagian dari promosi pariwisata Korea. Melalui festival makanan dan acara kuliner, tteok sering dipromosikan sebagai bagian dari pengalaman budaya Korea yang otentik. Keberadaannya dalam berbagai media dan acara tersebut tidak hanya meningkatkan kepopulerannya, tetapi juga menguatkan posisinya sebagai bagian penting dari identitas kuliner Korea.

Dengan keunikan rasa dan teksturnya, tteoki kini melebihi perannya sebagai hidangan jalanan tradisional Korea dan telah menjadi ikon kuliner global. Dari asal-usulnya di istana Korea hingga evolusinya menjadi makanan jalanan yang populer, tteok menggambarkan cerita tentang adaptasi dan inovasi dalam budaya kuliner Korea.

Tteok sebagai Warisan Budaya yang Abadi

Tteok lebih dari sekadar makanan; ia adalah simbol budaya, tradisi, dan kebersamaan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Kelezatan dan keunikannya menjadikan tteok sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Korea, baik dalam momen bahagia maupun upacara penting. Dengan berbagai inovasi yang terus berkembang, tteok kini dapat dinikmati oleh siapa saja, di mana saja. Tteok bukan hanya sekadar camilan, tetapi juga warisan budaya yang patut dihargai dan dilestarikan.  Orang Korea terkadang membuat dan memakan tteok khusus untuk setiap acara. Pada hari Tahun Baru Imlek (hari pertama kalender lunar) orang-orang membuat garatteok dan dipotong tipis-tipis, kemudian direbus dalam kuah kaldu untuk membuat tteokguk. Tteokguk ini melambangkan pertambahan usia satu tahun. Selain itu, pada hari Raya Chuseok, dibuat songpyeon dengan cara menggulung adonan beras tipis-tipis dan mengukusnya dengan isian (madu, kastanya, kacang-kacangan, biji wijen, dll.), dan pada saat ulang tahun pertama anak, akan dibuatkan baekseolgi supaya sang anak panjang umur.

Tteok dalam Berbagai Perayaan di Korea

Di Korea, tteok sering dihidangkan dalam berbagai perayaan besar. Salah satu contohnya adalah perayaan Seollal atau Tahun Baru Korea, di mana masyarakat menghidangkan “tteokguk,” yaitu sup yang terbuat dari potongan tteok tipis. Tteokguk dipercaya dapat membawa keberuntungan dan menjadi simbol pertambahan usia bagi siapa pun yang memakannya. Selain itu, pada perayaan Chuseok, orang-orang Korea membuat “songpyeon” bersama keluarga sebagai simbol kebersamaan dan harapan untuk hasil panen yang baik. Kehadiran tteok dalam setiap perayaan ini memperlihatkan betapa pentingnya makanan ini dalam kehidupan masyarakat Korea. Warga Korea membuat dan menyantap tteok baegseolgi saat pesta ulang tahun pertama anak sebagai harapan diberikan umur panjang dan menyantap tteok patsiroo yang berwarna kemerahan saat memulai bisnis untuk mengusir nasib buruk. Pada Hari Raya Tahun Baru Imlek, warga Korea menyantap tteok putih yang diiris tipis dan dimasak menjadi sup tteok. Kemudian, saat Hari Raya Chuseok, mereka menikmati songpyeon, yaitu adonan beras yang digulung tipis dan diisi dengan isian (madu, kacang chestnut, kacang kedelai, biji wijen, dan lain-lain) yang kemudian dikukus.

 

Oleh: Dzakiroh Najwa Nabawiyyah

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *